Terdengar serius kalau saja anda membaca judul
tersebut. Tapi beginilah keluhan seorang warga negara yang menjadi korban
birokrasi di negeri tercinta ini. Sekedar berbagi cerita dan derita,
ketika saya mencoba mendaftar untuk masuk di sebuah instansi, saya dengan penuh
harapan mengisi semua persyaratannya. Dengan sabar saya menunggu surat panggilan dari
instansi tersebut. 1 minggu berlalu, 2, 3, hingga 4 minggu berikutnya berlalu.
saya masih tetap mencoba bersabar. Tetapi ternyata selama masa menunggu itu, ayah
saya mencoba mencari informasi kepada pihak yang terkait. Hal yang tak terduga
ternyata adalah instansi tersebut telah mengirimkan sebuah surat panggilan yang ditujukan kepada saya
untuk datang ke tempat mereka. Surat
itu mereka alamatkan kepada instansi tempat saya berada saat ini. alangkah
kecewanya saya. Beruntung saya mengetahui hal tersebut 4 hari sebelum jadwal
saya bertemu wajah dengan instansi yang akan saya masuki.
Saya sangat kecewa dengan instansi tempat saya
berada saat ini. Saat saya mencoba untuk mengonfirmasi perihal surat
panggilan saya, salah satu pihak menyebutkan tidak menerima surat saya. Ketika saya dengan yang lain―masih di Instansi tempat saya
saat ini, mereka bilang ‘ya ada’ tapi mereka tidak mengetahui surat itu untuk apa dan tidak berusaha
mencari tahu ataupun berusaha menghubungi saya. Ketika saya tanya dengan kepala
instansi saya mengenai hal-hal yang seharusnya beliau lakukan untuk membantu
saya memasuki instansi tersebut, beliau menjawab “maaf, saya tidak tahu
prosedurnya”.
Yah, lagi-lagi saya harus mengurut dada.
Lagi-lagi saya harus berpuas diri dengan kata maaf. Birokrasi tidak dijalankan
sebagaimana mestinya. Ketika seseorang dituntut untuk menjadi lebih baik
membawa nama instansi, mereka justru dipersulit dengan bobroknya komunikasi
yang terjadi di dalam lingkup intern. Ini hanya dalam lingkup kecil, dan hanya
terjadi pada saya, juga beberapa teman yang masih satu instansi dengan saya.
Maaf, ini hanya keluhan saya semata. Tetapi
ketika mengeluhkan hal ini, sempat terlintas dalam benak saya, bagaimana negara
ini dijalankan? Jika pada lingkup kecil saja, banyak orang tidak mampu
menjalankan fungsi, tugas, dan kewajibannya masing-masing.
Namun, bagaimanapun bobroknya,
tetap saya mencintai negeri ini. Negeri dimana saya, orangtua saya, kakek dan
nenek saya, keluarga saya, teman-teman, dan sahabat-sahabat saya berada.
Tulisan ini bukan hanya bermaksud
mengeluh, akan tetapi saya berharap bisa menjadi motivasi bagi saya juga anda
yang membaca agar kita bersama-sama membangun negeri ini menjadi negeri yang
memang benar-benar patut untuk dicintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar